Sumber: kompas.com |
Kurikulum 2013 yang secara nasional mulai diberlakukan tahun ajaran lalu terus menjadi sorotan dan menuai kritik. Gaduhnya perubahan kurikulum hingga kini belum memberikan dampak yang diharapkan, bahkan terjadi kebingungan dimana-mana. Kebingungan tentu saja terjadi di rumah. Para orang tua mengeluhkan pekerjaan rumah anaknya semakin menumpuk. Setiap hari anak tidak pernah absen membawa pekerjaan rumah yang bebannya melebihi kemampuan sang anak dan orang tua. Utamanya menyangkut implementasi yang dinilai masih banyak kekurangan. Kekurangannya adalah sulitnya mengubah mindset guru, perubahan proses pembelajaran dari teacher centered ke student centered, rendahnya moral spiritual, budaya membaca, dan ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa di sekolah dan diluar sekolah.
Kemudian, kurangnya penguasaan teknologi informasi, lemahnya penguasaan bidang administrasi, dan kecendrungan guru yang lebih menekankan aspek kognitif. Guru profesional juga seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan tugas membimbing, membina, dan mengarahkan kemampuan maksimal peserta didik belum terbiasa dengan teknologi dan menggunakan berbagai aplikasi teknologi. Padahal, semestinya guru juga harus memberikan porsi yang sama pada aspek afektif (sikap dan nilai) dan psikomotorik (skill). Dan, seorang guru juga dituntut untuk terus menambah pengetahuan dan memperluas wawasannya, terlebih setelah diberlakukannya Kurikulum 2013.
Pencapaian Indonesia saat ini tidak terlepas dari peran guru yang telah membimbing anak muridnya menjadi manusia dewasa dan berperan aktif dalam pembangunan Indonesia. Guru adalah sebuah profesi yang mulia karena di tangan merekalah masa depan bangsa ini ditentukan. Guru juga dianggap sebagai pahlawan pembangunan, karena di tangan mereka akan lahir pahlawan-pahlawan pembangunan yang kelak mengisi ruang-ruang publik di negeri ini. Guru yang ideal, bukan sekedar guru yang memenuhi syarat-syarat teknik seperti pintar, pandai, atau pakar di bidang ilmu yang dimiliki melainkan yang jauh lebih penting dari itu semua, guru juga harus bisa menempatkan dirinya sebagai “Agent of Change” atau guru sebagai penggerak ke arah perubahan yang lebih baik. Oleh sebab itu, tugas yang diemban oleh seorang guru tidak ringan, karena guru yang baik tidak hanya membantu, menjelaskan atau mendemostrasikan, tapi juga dapat menginspirasi. Seorang guru juga harus mampu memandang perubahan jauh ke depan, dengan demikian guru dapat merencanakan yang terbaik untuk anak didiknya.
Guru masa depan diharapkan piawai membelajarkan siswa melalui sayap menulis dan berbicara agar Kurikulum 2013 tidak tinggal nama. Keterampilan bertanya pun perlu dimiliki guru untuk memancing peserta didik mengembangkan diri sambil mengasah daya nalar yang diukur dengan penilaian autentik. Guru yang tidak mau meng-upgrade diri akan ditinggalkan zaman atau zaman yang akan meninggalkan mereka. Guru masa depan tidak akan mengebiri perkembangan peserta didiknya. Didiklah peserta didik sesuai zamannya. Ungkapan ini merupakan cimeti guru untuk berubah ke arah lebih baik. Alangkah tak elok apabila masih ada guru yang mencari pembenaran diri, seraya berkata “Dulu saya mengajar seperti ini juga, banyak peserta didik yang berhasil” mereka ‘jadi orang’ juga. Pernyataan ini sudah tidak zaman lagi faktor guru masih dijadikan sorotan utama dalam mengplikasikan kurikulum ini.
Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di Indonesia.
Tantangan bagi guru profesional menghadapi globalisasi adalah membelajarkan peserta didik sesuai jamannya berbingkai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif melalui Kurikulum 2013 ini. Orang tua peserta didik diharapkan ambil bagian pula bersama komite untuk menopang percepatam dan kecepatan kemajuan pendidikan. Peran pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan harkat dan martabat suatu masyarakat dan bangsa. Melalui Kurikulum 2013 bangsa akan kuat dan memiliki kemampuan bersaing dengan bangsa lain. Kurikulum 2013 menghendaki karakteristik masyarakat pada abad 21 mampu menghadapi tantangan melalui pembelajaran. Di sini nyali guru akan teruji untuk menyongsong tantangan.
Pengembangan kurikulum bukan hanya menjawab persoalan kekinian, melainkan juga harus mampu menjawab persoalan yang muncul di masa mendatang sebagai akibat dari perubahan lingkungan secara global. Kurikulum ini terasa dipaksakan, serta sarat beban dan masalah yang hingga tiga bulan pelaksanaan di lapangan untuk pelatihan guru sasaran saja belum tuntas. Oleh sebab itu, evaluasi menyeluruh atas kurikulum ini sangat berguna dan hendaknya Kemendikbud mau terbuka dan menerima masukan, sebab juka tidak terbuka dengan kritikan sangat mungkin kurikulum ini akan tidak maksimal.
Mantaps makasi bang
BalasHapusKeren kak
BalasHapusMakasih yaa...
HapusMenarik
BalasHapusBagus bagus kak
BalasHapusKontennya bagus
BalasHapusTerima kasih...
HapusTerlihat betapa meyiksanya kurikulum ini
BalasHapusKetika DJ berkomentar wkwk
BalasHapuskeren kakak
Hahaha, makasih vira...
HapusLove you kak
BalasHapusBelajar dulu yang bener ya dik..
HapusWaduh mantap kak
BalasHapusKeren kak
BalasHapuscantik amat ceweknya wkwk *salfok
BalasHapusMantap tulisannya (dan cewe ilustrasinya :v)
BalasHapus