Sabtu, 26 September 2015

Masalah Krisis Nilai Tukar Rupiah


Sumber: kompas.com
Nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan ini mengalami depresiasi  yang cukup tajam terhadap dollar hingga mendekati Rp. 15.000/USD. Apa itu depresiasi? Depresiasi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Pelemahan tersebut juga dialami oleh beberapa mata uang Asia  seperti Rupee India, Ringgit Malaysia dan Peso Filipina dengan tingkat pelemahan yang bervariasi. Sebagaimana dimaklumi, nilai mata uang akan mata uang suatu negara terhadap dollar akan merosot jika penawaran (penjualan) mata uang tersebut meningkat. Sebaliknya, permintaan yang tinggi terhadap mata uang tersebut membuat nilainya meningkat.
Dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan harga barang-barang impor menjadi lebih mahal. Barang konsumsi seperti pangan dan elektronik misalnya, mengalami kenaikan harga yang signifikan. Beban industri yang bergantung pada bahan baku dan barang modal impor seperti industri farmasi dan tekstil, juga semakin berat. Agar tetap untung mereka terpaksa menaikkan harga jual produk mereka. Inilah yang disebut dengan imported inflation, inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor.
Kesalahan arah industrialisasi di Indonesia merupakan penyebab rentannya ekonomi Indonesia. Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Lihatlah industri yang berkembang lebih sebagai tukang jahit daripada produksi barang hulu, jadinya ketergantungan atas bahan baku import sangat tinggi dan coba kita lihat, produk tekstil seberapa besarnya bahan baku impornya, mulai dari benang sampai pewarna, produk sepatu, makanan dll, sedangkan komoditas hasil sumber daya alam di ekspor dalam keadaan mentah, sehingga tidak ada nilai tambah terhadap komoditas tersebut, demikian juga produk pertanian seperti kakao, cengkih dll.
Solusi kita saat rupiah melemah:
  1. Berinovasi untuk menyumbangkan produk yang dapat di ekspor.  Menghemat sumber daya (BBM, listrik, air dll).
  2. Mengurangi transaksi dengan mata uang asing.
  3. Ganti produk impor yang dikonsumsi dengan produk domestik, baik dalam hal makanan, pakaian, dan lain-lain.
  4. Beralih mengunjungi tempat-tempat wisata domestik.
Setiap individu sesungguhnya mampu mengurangi dampak melemahnya nilai tukar rupiah ini. Bahkan mereka ikut andil meningkatkan kesejahteraan bangsa. Pada dasarnya, masalah melemahnya nilai tukar rupiah adalah masalah bersama (negara). Jadi bukan hanya peran pemerintah yang dituntut mengatasi atau bukan hanya pemerintah yang disalahkan. Negara ini bisa memperbaiki dari elemen terkecil, yaitu tiap warga negara. Dengan demikian, semua elemen negara baik rakyat maupun partisi adalah pihak-pihak yang berkepentingan menjaga dan mendapatkan keuntungan dari stabilnya nilai rupiah. Jika kesadaran tersebut sudah tercipta dan tertanam kuat, maka Indonesia akan mudah berkompetisi dalam segala aspek dengan negara lain.

2 komentar: