Sumber: kompas.com |
Dampak
dari pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan harga barang-barang impor menjadi
lebih mahal. Barang konsumsi seperti pangan dan elektronik misalnya, mengalami
kenaikan harga yang signifikan. Beban industri yang bergantung pada bahan baku
dan barang modal impor seperti industri farmasi dan tekstil, juga semakin
berat. Agar tetap untung mereka terpaksa menaikkan harga jual produk mereka.
Inilah yang disebut dengan imported inflation, inflasi yang disebabkan oleh
kenaikan harga barang impor.
Kesalahan arah industrialisasi di Indonesia merupakan
penyebab rentannya ekonomi Indonesia. Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial
ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri. Lihatlah industri yang berkembang lebih sebagai tukang jahit daripada
produksi barang hulu, jadinya ketergantungan atas bahan baku import sangat
tinggi dan coba kita lihat, produk tekstil seberapa besarnya bahan baku impornya,
mulai dari benang sampai pewarna, produk sepatu, makanan dll, sedangkan
komoditas hasil sumber daya alam di ekspor dalam keadaan mentah, sehingga tidak
ada nilai tambah terhadap komoditas tersebut, demikian juga produk pertanian
seperti kakao, cengkih dll.
Solusi
kita saat rupiah melemah:
- Berinovasi untuk menyumbangkan produk yang dapat di ekspor. Menghemat sumber daya (BBM, listrik, air dll).
- Mengurangi transaksi dengan mata uang asing.
- Ganti produk impor yang dikonsumsi dengan produk domestik, baik dalam hal makanan, pakaian, dan lain-lain.
- Beralih mengunjungi tempat-tempat wisata domestik.
Setiap individu sesungguhnya mampu mengurangi dampak
melemahnya nilai tukar rupiah ini. Bahkan mereka ikut andil meningkatkan
kesejahteraan bangsa. Pada dasarnya, masalah melemahnya nilai tukar rupiah
adalah masalah bersama (negara). Jadi bukan hanya peran pemerintah yang
dituntut mengatasi atau bukan hanya pemerintah yang disalahkan. Negara ini bisa
memperbaiki dari elemen terkecil, yaitu tiap warga negara. Dengan demikian,
semua elemen negara baik rakyat maupun partisi adalah pihak-pihak yang
berkepentingan menjaga dan mendapatkan keuntungan dari stabilnya nilai rupiah.
Jika kesadaran tersebut sudah tercipta dan tertanam kuat, maka Indonesia akan
mudah berkompetisi dalam segala aspek dengan negara lain.
Info yang menarik,terimakasi
BalasHapusSama-sama yaa...
Hapus