Jumat, 05 Mei 2017

Pemikiran yang “Merdeka”

Pemikiran yang Merdeka

Kita sudah merdeka sejak 71 tahun yang lalu. Menengok kembali sejarah bangsa ini merupakan keharusan bagi generasi sekarang bahwa cita-cita para pendahulu yang memimpikan sebuah negara berdaulat, makmur, dan adil sudah tercapai Merdeka sejatinya memiliki makna bebas dari segala bentuk penindasan. Seseorang yang merdeka memiliki tubuh dan kemampuan untuk mengatur serta menentukan jalan hidupnya sendiri. Tidak seorangpun yang berpikiran waras, ingin tetap hidup dibawah kaki penjajah, apalagi hidup di dalam penjara. Setiap orang ingin hidup bebas terlepas dari apapun yang mengurungnya. Namun tidak sedikit orang, yang sadar maupun tidak, masih terkurung dalam hidupnya. Yang paling ironis adalah yang mengurungnya adalah dirinya sendiri. Kita tidak perlu mencari jauh-jauh orang yang hidup seperti ini. Namun akhir-akhir ini manusia dibelenggu hak dan kesempatannya dalam mengisi hidup. Bagaimana tidak? Banyak kasus yang terjadi di negeri kita sehingga lebih menjerumuskan manusia pada kehidupan penderitaan, kemiskinan, pembodohan, dan dibatasi haknya. 
Mungkin orang tersebut bisa teman, tetangga, atau salah seorang anggota keluarga. Atau jangan-jangan diri sendiri? Bagaimana caranya sehingga manusia bisa mengurung dirinya sendiri dalam penjara yang diciptakannya? Penjara disini tentu bukan maksudnya penjara secara fisik, tetapi akibat pemikiran yang keliru, telah membentuk sekat dan batasan-batasan sehingga ia tidak lagi leluasa untuk bergerak. Tipe orang seperti ini, selalu menjaga “zona kenyamanannya”. Ia hanya merasa aman kalai lagi dirumah sendiri atau tempat kerja. Selain lokasi itu, ia selalu was-was. Akibatnya hidupnya akan berjalan dari hari ke hari secara monoton. Dari rumah ke tempat pekerjaan dan kembali ke rumah. Tidak ada yang memaksanya, tapi ia mengurung dirinya sendiri. Orang yang menciptakan penjara untuk diri sendiri tidak bisa ditolong oleh orang lain, kecuali dirinya sendiri. Manusia bisa di penjarakan fisiknya tetapi tak ada kekuatan apapun di dunia ini yang bisa memenjarakan ide dan keyakinan seseorang. Tetapi orang yang memenjarakan jiwanya sendiri, secara otomatis memenjarakan fisiknya juga.
Pada dasarnya manusia memang memiliki segudang keinginan yang besar, namun sebenanrnya hanya ada beberapa keinginan yang dapat terwujud sementara sebagian besar lainnya hanya sebatas angan tanpa bisa terwujud. Pernahkah kita berada dalam kondisi seperti itu? Apakah kita termasuk salah satu manusia yang takut jika keinginan kita tidak terpenuhi? Jika betul berarti kita adalah manusia yang belum merdeka seutuhnya. Satu hal yang harus kita sadari adalah kendalikan hidup dengan tidak mengorbankan diri sendiri maupun orang lain. Hal sederhana yang perlu diingat adalah menempatkan manusia sebagai makhluk paling asasi dan luhur. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya manusia diciptakan sama, merdeka bebeas menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Beberapa kasus yang terjadi di seperti di atas sangat jauh dari harapan yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang merdeka. Bukankah bangsa ini sudah merdeka? Sepertinya bangsa ini mulai luntur semangat kebangsaannya.
Untuk mengambil kendali terhadap hidup kita, ada beberapa faktor lain yang dapan menunjan kita menuju manusia yang merdeka seperti dengan cara mengenali diri kita sendiri. Kebanyakan orang pandai menilai orang lain tanpa bercermin terhadap diri mereka sendiri. Hal ini sebenarnya hal normal yang disebabkan oleh ketakutan anda dengan diri anda sendiri yang tanpa anda sadari sedang merangkut erat diri anda. Siapa anda apa yang anda inginkan dalam hidup anda adalah beberapa pertanyaan yang harus anda jawab dengan jujur. Saat anda telah menemukan jawabannya dan menyadari apa salah maka saatnya anda bergerak untuk mengubahnya. Yang kedua adalah dengan mengubah reaksi kita. Dalam keadaan tertentu seseorang bisa menjadi begitu datar dalam menggapai sebuah hal tapi dalam kondisi yang berbeda ia juga bisa berinteraksi tanpa terkendali. Saat berada dalam kondisi seperti itu maka sebaiknya anda mengubah reaksi anda dan sadari, pikiran dengan tenang bagaimana anda harus bereaksi. Saat anda dapat melakukannya maka anda mulai memegang kendali terhadap diri anda.
Layaknya membuka cakrawala baru, bangsa ini akan semakin menghadapi tantangan demi tantangan. Tidak hanya urusan pengambil kebijakan saja, namun menjadi pekerjaan/tugas bagi siapa saja, yang merasa memiliki dan mendapatkan penghidupan di bumi pertiwi. Hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir. Belajar sejak dini, hingga ijin menetap kita di dunia ini berakhir, jangan pernah berhenti belajar. Kata orang pintar, belajarlah dari pengalaman hidup anda, karena pengalaman adalah guru terbaik,  Experience is the best teacher. Untuk itulah perlunya kita memahami dan mulai “berfikir” secara merdeka. Tidak dibatasi oleh sikap egois dan rasa emosional yang ditujukan dengan sikap fanatic. Atau jangan sampai kita dibatasi oleh pemahaman-pemahaman apapun terlepas pemahaman itu benar atau salah. Jadi, lepaskan atribut apapun yang dapat menghalangi kita untuk menentukan pemikiran mana yang benar!