Pemikiran yang Merdeka |
Kita sudah
merdeka sejak 71 tahun yang lalu. Menengok kembali sejarah bangsa ini merupakan
keharusan bagi generasi sekarang bahwa cita-cita para pendahulu yang memimpikan
sebuah negara berdaulat, makmur, dan adil sudah tercapai Merdeka sejatinya
memiliki makna bebas dari segala bentuk penindasan. Seseorang yang merdeka
memiliki tubuh dan kemampuan untuk mengatur serta menentukan jalan hidupnya
sendiri. Tidak seorangpun yang berpikiran waras, ingin tetap hidup dibawah kaki
penjajah, apalagi hidup di dalam penjara. Setiap orang ingin hidup bebas
terlepas dari apapun yang mengurungnya. Namun tidak sedikit orang, yang sadar
maupun tidak, masih terkurung dalam hidupnya. Yang paling ironis adalah yang
mengurungnya adalah dirinya sendiri. Kita tidak perlu mencari jauh-jauh orang
yang hidup seperti ini. Namun akhir-akhir ini manusia dibelenggu hak dan
kesempatannya dalam mengisi hidup. Bagaimana tidak? Banyak kasus yang terjadi
di negeri kita sehingga lebih menjerumuskan manusia pada kehidupan penderitaan,
kemiskinan, pembodohan, dan dibatasi haknya.
Mungkin orang tersebut bisa teman, tetangga, atau salah seorang anggota
keluarga. Atau jangan-jangan diri sendiri? Bagaimana caranya sehingga manusia
bisa mengurung dirinya sendiri dalam penjara yang diciptakannya? Penjara disini
tentu bukan maksudnya penjara secara fisik, tetapi akibat pemikiran yang
keliru, telah membentuk sekat dan batasan-batasan sehingga ia tidak lagi
leluasa untuk bergerak. Tipe orang seperti ini, selalu menjaga “zona kenyamanannya”.
Ia hanya merasa aman kalai lagi dirumah sendiri atau tempat kerja. Selain
lokasi itu, ia selalu was-was. Akibatnya hidupnya akan berjalan dari hari ke
hari secara monoton. Dari rumah ke tempat pekerjaan dan kembali ke rumah. Tidak
ada yang memaksanya, tapi ia mengurung dirinya sendiri. Orang yang menciptakan
penjara untuk diri sendiri tidak bisa ditolong oleh orang lain, kecuali dirinya
sendiri. Manusia bisa di penjarakan fisiknya tetapi tak ada kekuatan apapun di
dunia ini yang bisa memenjarakan ide dan keyakinan seseorang. Tetapi orang yang
memenjarakan jiwanya sendiri, secara otomatis memenjarakan fisiknya juga.
Pada dasarnya
manusia memang memiliki segudang keinginan yang besar, namun sebenanrnya hanya
ada beberapa keinginan yang dapat terwujud sementara sebagian besar lainnya
hanya sebatas angan tanpa bisa terwujud. Pernahkah kita berada dalam kondisi
seperti itu? Apakah kita termasuk salah satu manusia yang takut jika keinginan
kita tidak terpenuhi? Jika betul berarti kita adalah manusia yang belum merdeka
seutuhnya. Satu hal yang harus kita sadari adalah kendalikan hidup dengan tidak
mengorbankan diri sendiri maupun orang lain. Hal sederhana yang perlu diingat
adalah menempatkan manusia sebagai makhluk paling asasi dan luhur. Mengapa
demikian? Karena pada dasarnya manusia diciptakan sama, merdeka bebeas
menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Beberapa kasus yang terjadi di seperti di
atas sangat jauh dari harapan yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang
merdeka. Bukankah bangsa ini sudah merdeka? Sepertinya bangsa ini mulai luntur
semangat kebangsaannya.
Untuk mengambil
kendali terhadap hidup kita, ada beberapa faktor lain yang dapan menunjan kita
menuju manusia yang merdeka seperti dengan cara mengenali diri kita sendiri.
Kebanyakan orang pandai menilai orang lain tanpa bercermin terhadap diri mereka
sendiri. Hal ini sebenarnya hal normal yang disebabkan oleh ketakutan anda
dengan diri anda sendiri yang tanpa anda sadari sedang merangkut erat diri
anda. Siapa anda apa yang anda inginkan dalam hidup anda adalah beberapa
pertanyaan yang harus anda jawab dengan jujur. Saat anda telah menemukan
jawabannya dan menyadari apa salah maka saatnya anda bergerak untuk
mengubahnya. Yang kedua adalah dengan mengubah reaksi kita. Dalam keadaan
tertentu seseorang bisa menjadi begitu datar dalam menggapai sebuah hal tapi
dalam kondisi yang berbeda ia juga bisa berinteraksi tanpa terkendali. Saat
berada dalam kondisi seperti itu maka sebaiknya anda mengubah reaksi anda dan
sadari, pikiran dengan tenang bagaimana anda harus bereaksi. Saat anda dapat
melakukannya maka anda mulai memegang kendali terhadap diri anda.
Layaknya membuka
cakrawala baru, bangsa ini akan semakin menghadapi tantangan demi tantangan.
Tidak hanya urusan pengambil kebijakan saja, namun menjadi pekerjaan/tugas bagi
siapa saja, yang merasa memiliki dan mendapatkan penghidupan di bumi pertiwi.
Hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir. Belajar sejak dini, hingga
ijin menetap kita di dunia ini berakhir, jangan pernah berhenti belajar. Kata
orang pintar, belajarlah dari pengalaman hidup anda, karena pengalaman adalah
guru terbaik, Experience is the best
teacher. Untuk itulah perlunya kita memahami dan mulai “berfikir” secara
merdeka. Tidak dibatasi oleh sikap egois dan rasa emosional yang ditujukan
dengan sikap fanatic. Atau jangan sampai kita dibatasi oleh pemahaman-pemahaman
apapun terlepas pemahaman itu benar atau salah. Jadi, lepaskan atribut apapun
yang dapat menghalangi kita untuk menentukan pemikiran mana yang benar!